Sekarang kita berada di masa pandemi COVID-19 yang telah memporak porandakan peta perekonomian. Kita semua berpikir, kapan masa pandemi berakhir?

Tentu jawabannya secara eksak adalah ketika vaksin dan obat sudah ditemukan. Jika belum, maka kita tidak pernah tau pasti kapan masa pandemi berakhir bukan?

Namun, sayangnya banyak dari kita yang terlanjur panik dengan situasi ini. Dimana karantina wilayah atau PSBB diberlakukan, aktivitas terbatas hanya dari rumah. Pada akhirnya, kita semua dituntut untuk melakukan TRANSFORMASI DIGITAL.

Jika Masa Pandemi Berakhir, Akan Ada New Normal

Disaat pandemi sekarang ini, kita semua bekerja dari rumah, berjualan dari rumah, sekolah dari rumah dan bahkan mencari hiburan entertainmen dari rumah.

Beberapa pakar baik di Indonesia maupun di beberapa Negara banyak yang menemukan bahwa setelah masa pandemi ini berakhir akan ada new normal.

Sebuah survey yang dilakukan forbes beberapa waktu yang lalu di Amerika Serikat juga menyatakan bahwa setelah wabah Corona selesai, 78% responden menyatakan bahwa mereka tidak mau duduk makan di restoran.

Sekarang para pemilik bisnis kuliner boleh mengeluh terhadap penjualan yang menurun, namun setelah masa pandemi berakhir akan ada tantangan baru bagi mereka. Para konsumen enggan kembali ke Mall atau ke Restoran / Cafe untuk makan atau minum.

Perilaku konsumen berubah

Hal ini menandakan bahwa adanya perubahan pada perilaku konsumen. Mereka semakin menjaga jarak atau tetap menerapkan social distancing.

Kita dapat lihat di beberapa negara yang sudah terlebih dahulu mengalami wabah COVID-19 ini. Mereka telah melonggarkan karantina wilayah, toko-toko telah diperbolehkan buka kembali. Tapi ada satu new normal, bahwa social distancing tetap diterapkan.

Sebagai orang tua, tentu akan banyak yang melarang anak-anak mereka untuk hangout di Mall atau Cafe setelah masa pandemi selesai dan PSBB dilonggarkan. Ini berarti generasi Millennial dan Gen-Z akan semakin jarang yang ke Mall atau Cafe.

Hal-hal seperti itu yang harus diantisipasi oleh para pemilik bisnis terkait. Bagi pengusaha Mall, tidak perlu berputus asa. Masih banyak peluang penghasilan untuk pusat perbelanjaan, seperti dengan mengganti konsep sebagai tempat co-working space yang menerapkan social distancing.

Demikian untuk bisnis lainnya, seperti bisnis laundry, cukur rambut atau salon, mereka kini hadir di saluran digital dan dengan sistem “jemput bola”. Kondisi ini memang luar biasa, bahkan banyak orang yang terlihat mampu disekitar kita, kini satu persatu kendaraan mereka ditarik ke dealer.

Bagaimana merespon hal ini?

Saya, sebagai digital marketer, sehari-hari memang lebih banyak bekerja dari rumah. Dan bagi sebagian orang seperti para pelaku online shop juga banyak di rumah. Ini terjadi sebelum adanya wabah Corona yang cukup dahsyat. Apakah kami dapat bertahan hidup? Ya, ini saya masih menulis artikel sebagai buktinya.

Lantas bagaimana dengan Anda?

Memang banyak respon yang cukup ‘nyeleneh’ ketika saya menawarkan jasa pembuatan website atau digital marketing kepada pebisnis offline. Singkatnya, sebelum adanya wabah COVID-19 ini mereka merasa belum membutuhkan hadir di jalur digital. Toh sudah banyak dapat untung dan fine-fine saja selama ini.. begitu pikir mereka.

Ketika wabah Corona muncul, sebagian menghubungi kami kembali. Baik untuk membuat website maupun memakai jasa pemasangan iklan di Google untuk bisnis mereka. Selain itu, banyak pihak corporate yang menghubungi kami untuk menggunakan jasa integrated digital marketing. Ini mungkin karena agency digital marketing mereka selama ini juga mengalami PSBB. Padahal, sebagai digital marketer, seharusnya dapat dan terbiasa bekerja dimana saja.

Intinya, masa pandemi ini memang belum akan segera berakhir. Oleh karena itu, kami sarankan untuk secepat mungkin beradaptasi dengan kondisi ini. Transformasi digital semakin dibutuhkan, kecepatan menghadirkan bisnis di saluran digital merupakan salah satu faktor penting untuk dapat bertahan.

Penjualan menurun, buat apa melakukan pemasaran digital?

Saat masa pandemi, memang semua bisnis mengalami penurunan. Namun, tidak ada wabah penyakit yang tidak selesai. Pertanyaannya adalah, ketika masa pandemi berakhir apakah bisnis Anda tetap ada? tetap di ingat orang? atau malah pesaing Anda yang lebih di ingat orang?.

Ada dikenal istilah “Down Turn Marketing” dalam mengatasi masalah krisis.

Jika Anda terus melancarkan brand awareness di saluran digital, maka ketika wabah ini selesai, Anda tidak akan terlalu sulit melakukan pemulihan bisnis, terutama dari sisi branding dan marketing. Beda halnya jika Anda malah berhenti melakukan digital marketing, ketika wabah Covid-19 berkahir .. Anda harus mulai dari awal.

Anda kena PHK?

Anda tidak perlu bingung, jualan online saja. Jadikan PHK Anda sebagai hikmah yang sangat mahal harganya. Anda akan semakin sadar pentingnya untuk melakukan transformasi digital baik untuk mencari nafkah, maupun untuk mendapatkan kebutuhan keluarga Anda.

Untuk dapat berjualan online, Anda dapat ikuti langkah ini:

  1. Membuat website landing page (Rp. 850.000 per tahun)
  2. Menjalankan iklan di Google setiap hari (per bulan)
  3. Menambah konten di website
  4. Menyebarkan konten website ke sosial media seperti FB, IG, Twitter, LinkedIn, dll.
  5. Hadir di Google Local Business untuk meningkatkan kepercayaan calon konsumen.
  6. Mempublikasikan testimonial terhadap bisnis atau produk Anda.

Cukup mudah bukan ? Dan ini hanya memerlukan biaya kurang dari Rp 13 juta per tahun. Jika uang pesangon Anda ada ratusan juta bahkan mendekati Rp. 1 milyar, maka Anda harus mencobanya sekarang juga.

Anda dapat masuk ke bisnis yang menjual kebutuhan primer. Karena pada masa pandemi ini, orang akan memprioritaskan dana mereka untuk membeli kebutuhan pokok seperti makanan, baju, pulsa internet dan sebagainya.

Ini artinya, bisnis kuliner memiliki peluang besar dalam masa pandemi ini. Walaupun Anda bekerjasama dengan GoFood, GrabFood, Tokopedia dan sebagainya, Anda tetap harus punya website dan iklan di google agar bisnis Anda dapat berjalan lebih cepat.

Bahkan ketika Anda memiliki website, Anda dapat mandiri dengan tidak bekerjasama dengan Grabfood atau GoFood dan harga kuliner Anda akan lebih bersaing.

Anda dapat melihat contoh website yang dimaksud ini pada sebuah website produsen penjual bumbu tabur di Bandung. Anda dapat menghemat potongan 20% ~ 30% ketika menggunakan website untuk berjualan kuliner. Perlu Anda ketahui bahwa biaya digital marketing umumnya hanya 10% dari total omset atau total target omset bisnis kuliner Anda.

Kesimpulan:

Wabah Corona belum akan berakhir hingga vaksin ditemukan. Ini diprediksi di akhir tahun 2021 paling cepat. Kita tidak perlu panik menghadapi situasi ini. Sebelum wabah pandemi ini berakhir, mari kita cepat beradaptasi dengan kondisi yang membatasi ruang gerak kita.

Dengan saluran online, Anda dapat mulai melakukan transformasi digital. Pebisnis yang biasanya berjualan offline, harus cepat melakukan hal ini jika ingin bertahan dan tidak ingin ada PHK Karyawan.

Untuk Anda yang terkena PHK, ini merupakan momentum tepat untuk banting stir dengan berjualan kuliner secara online dengan cara praktik terbaik yakni dengan menggunakan website yang biayanya cukup murah, iklan google dan menyebarkan informasi dagangan di sosial media, selain hadir di GoFood, GrabGood, dan Marketplace.

Jadi, kita memang harus bersabar dan cepat beradaptasi terhadap kondisi ini. Mari kita bersama-sama mematuhi peraturan pemerintah di daerah masing-masing agar Wabah Corona ini dapat segera berakhir..